AL-QUR'AN:Sumber Dari Segala Sumber

Sunday, November 23, 2008

NIC: Dominasi AS Segera Pudar

Dominasi AS Segera Pudar
Saturday, 22 November 2008
Secara mengejutkan, Kamis (20/11) Badan Intelijen AS (NIC) mengeluarkan laporan yang berisi prediksi tentang melemahnya pengaruh AS secara global. Dunia akan berada dalam keadaan bahaya, dengan ditandai kelaparan dan pengembangan program senjata berbahaya, di antaranya nuklir.

Prediksi NIC akan sangat berguna bagi Presiden terpilih AS Barack Obama sebagai panduan dalam menjalankan roda pemerintahan Negeri Paman Sam ke depan.Dalam laporan yang berjudul Global Trends 2025: A Transformed World itu,NIC menawarkan sebuah visi masa depan bagi AS sebagai negara paling berpengaruh di dunia.

”Jurang pemisah antara AS dan negara lainnya akan berkurang. Momen unipolar (satu blok) berakhir,” ungkap DeputiDirektur AnalisisNIC Tom Fingar ketika menggambarkan penemuannya tersebut. Dalam Global Trends 2025, NIC memperkirakan dominasi politik, ekonomi, dan militer AS menurun dalam 20 tahun mendatang.

NIC menyebut China, India, dan Rusia yang akan menjadi pesaing sekaligus penghalang kuat dari ambisi AS tersebut. Dalam bidang ekonomi, NIC menyatakan krisis keuangan yang saat ini mengguncang Wall Street diperkirakan terulang kembali sehingga berdampak pada perekonomian global. Saat itu, dolar akan kehilangan pengaruhnya sebagai mata uang utama di dunia.

Selain itu,kekurangan pangan dan air akan menjadi faktor utama pemicu konflik. NIC menilai China dan India akan turut serta dalam menciptakan model ekonomi baru.Kedua negara itu akan bergabung bersama AS membentuk multipolar (multiblok) dan saling berkompetisi untuk saling memengaruhi negara-negara di dunia.

Sementara itu,potensi Rusia untuk bergabung dalam multipolar tidak begitu besar. Negeri Beruang Merah tersebut terlalu bergantung pada kekayaan energi dan investasi internal saja. Namun, NIC memperkirakan Iran,Turki, dan Indonesia kemungkinan besar ingin mendapatkan pengaruh di dunia, sama halnya dengan China dan India.

Menurut laporan tersebut, Jepang justru terjebak di antara dua pengaruh besar,AS dan China. Adapun langkah aman justru diambil Brasil dalam menghadapi situasi tersebut. Brasil akan bersikap tenang untuk mendapatkan pengaruh dan kekayaannya. Sementara itu, negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE) diperkirakan hanya menjadi seekor ”macan ompong”.

UE tidak mampu mengalihkan kekuatan ekonominya menjadi kekuatan diplomasi ataupun militer. NIC menggambarkan kekuatan dunia akan terpusat dalam beberapa blok (multipolar), bukan unipolar seperti saat ini.Kondisi demikian itu, bagi NIC, lebih rentan dibandingkan dengan satu atau dua negara yang menjadi pesaing dalam memperebutkan predikat superpower.Keadaan ini akan berpotensi menimbulkan konflik.

”Persaingan strategis kemungkinan besar akan berputar sekitar perdagangan, investasi, pencapaian, dan inovasi teknologi. Namun, kita tidak dapat menerapkan skenario abad ke-19 dalam hal perlombaan militer, ekspansi teritorial, dan persaingan militer,” ungkap laporan NIC tersebut.

”Beberapa jenis konflik yang belum pernah kita lihat sebelumnya, seperti terkait masalah sumber daya alam,kemungkinan besar bermunculan,” imbuhnya. Sumber kekayaan global akan mengalami perubahan, yang semula berpusat pada negara-negara maju di Eropa beralih ke beberapa negara kaya sumber energi di Teluk dan Rusia, dan juga Asia.

Akibatnya, jurang pemisah antara kaya dan miskin semakin berkembang sehingga mengancam stabilitas di kawasan Afrika yang sebagian besar terdiri atas negara miskin. Fingar mengatakan, sebuah pengulangan dari sistem finansial dunia berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan apa yang diperkirakan sejumlah penulis. ”Pertemuan Grup 20 (G-20) pekan lalu antara negara maju dan berkembang di Washington, menunjukkan bahwa kerja (pengulangan) itu telah dimulai,”tandasnya.

Kemunculan pesaing baru AS, di antaranya China dan India, berdampak pada terciptanya multipolar kekuatan dunia. Kondisiiniakansemakin mempersempit ruang gerak AS untuk berperang sebagai polisi dunia. Kekuatan militer AS akan dibatasi dengan penggunaan strategi perang secara tidak teratur yang digunakan negara- negara tersebut.

Selain itu, pengembangan senjata nuklir tidak dapat dihindari lagi. Akibatnya, penggunaan senjata nuklir akan mengalami perkembangan sangat pesat, terutama di negara yang saat ini masuk dalam daftar ”negara teroris” yang dikeluarkan AS. Selain itu, kelompok perlawanan terhadap Barat dan AS diperkirakan akan memperoleh akses secara luas ke ”negara teroris” tersebut.

Dalam laporannya yang disebarluaskan melalui situs internet www.dni.gov ini, NIC juga memberikan masukan tentang jangkauan apa yang perlu diambil para pemimpin negara di dunia untuk mencegah munculnya beberapa konflik baru.

”Ini berada di luar jangkauan pemikiran manusia ataupun sistem politik (atau) di beberapa kasus yang terjadi dalam mekanisme pasar untuk segera diredakan jika masalah- masalah tersebut tidak segera ditangani,”ujar Fingar. (m ismail)

WaOne Palesu

Sumber : Seputar-Indonesia.com


No comments:

detikcom